Daftar Blog Saya

Rabu, 21 Desember 2011

NORMA

Supaya hubungan antarmanusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dibuatlah norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja, namun lama-kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Misalnya, dahulu di dalam jual-beli, seorang perantara atau makelar tidak harus diberi bagian atas keuntungan, akan tetapi lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara harus mendapat bagiannya, dimana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli atau penjual kah.
Norma yang merupakan pedoman atau patokan perilaku itu sebenarnya bersumber dari nilai-nilai, oleh karena pedoman-pedoman perihal perilaku itu didasarkan pada konsepsi-konsepsi yang abstrak tentang apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak. Jadi dapat dikatakan bahwa norma merupakan wujud konkrit dari nilai-nilai, pedoman mana yang berisikan keharusan, kebolehan, dan suatu larangan.
Secara sosiologis, norma-norma sosial itu tumbuh dari proses kemasyarakatan, hasil dari kehidupan bermasyarakat. Individu dilahirkan dalam suatu masyarakat dan disosialisasikan untuk menerima aturan-aturan dari masyarakat yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu, Emile Durkheim menyatakan bahwa norma-norma sosial itu adalah sesuatu yang berada di luar individu. Membatasi mereka dan mengendalikan tingkah laku mereka.
Menurut David Berry, unsur pokok dari suatu norma adalah tekanan sosial terhadap anggota-anggota masyarakat untuk menjalankan norma-norma tersebut. Latar belakang pemikirannya adalah bahwa apabila aturan-aturan yang tidak dikuatkan oleh desakan sosial, maka ia tidaklah dapat dianggap sebagai norma-norma sosial. Desakan sosial ini merupakan pertanda bahwa norma itu benar-benar telah menjadi norma sosial, sebab norma disebut sebagai norma sosial bukan saja karena telah mendapatkan sifat kemasyarakatannya, akan tetapi telah dijadikan patokan dalam perilaku.

Ilmu Alamiah Dasar

Pengertian lmu alamiah dasar(IAD) adalah disiplin ilmu yang biasanya dipelajari di tingkat perguruan tinggi. Pada dasarnya Anda sudah mendapatkan displin ilmu tersebut baik di SD, SMP, maupun SMA. Bedanya, IAD lebih banyak berbicara tentang bagaimana metode-metode ilmu kealaman dalam menjelaskan gejala-gejala alam secara lebih filosofis.
Jika Anda mempelajari Filsafat ilmu kealaman, Anda akan bertemu dengan berbagai aliran pemikiran dalam ilmu pengetahuan alam. Misalnya: Realisme, Anti-Realis, relativisme, maupun Feminisme Sains.
Di dalamnya pun, Anda akan menemukan pertentangan pemikiran antara satu aliran ilmu kealaman dengan aliran yang lain, seperti pertentangan antara realisme dengan anti-realis.
Realisme
Hampir semua pemikiran mengenai ilmu kealaman saat ini banyak dipengaruhi oleh pandangan realisme. Sebagai suatu ilmu, sains memang tidak bisa lepas dari realitas objek-objek materi yang terindra. Realisme menempatkan observasi dan eksperimen sebagai suatu hal yang sangat penting di dalam sains.
Dengan observasi, ilmuwan dapat meramalkan gejala-gejala alam yang akan terjadi. Misalnya pada zaman dahulu dengan fakta yang cukup, ilmuwan dapat menjelaskan tentang gerhana matahari.
Kaum realis memandang bahwa ketika kita memiliki bukti dan fakta yang sesuai dengan fakta sebelumnya, maka kita akan dapat meramalkan suatu kejadian yang sama seperti kejadian yang pernah ada sebelumnya.
Observasi ini memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan. Walaupun sifatnya hanya melulu matematis, namun dengan jalan seperti itu, ilmuwan dapat menyederhanakan realitas yang mereka hadapi. Dengan metode realis kita juga dapat mencapai tingkat rasionalitas yang baik.
Kaum realis juga memandang bahwa teori sangatlah penting dalam sebuah penelaahan. Observasi yang akurat dan dilakukan dengan sering dapat menghasilkan suatu teori yang baik.
Begitu pula teori yang ditemukan melalui observasi tersebut dapat membimbing ilmuwan untuk melakukan penelitian dan penemuan baru yang bermanfaat dan lebih berarti.
Namun, pandangan tersebut sangat ditentang oleh anti-realis. Meraka beranggapan bahwa akan banyak ketidakjujuran yang dilakukan oleh ilmuwan ketika fakta yang ditemukan dalam observasi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Di sinilah letak kesalahan yang tidak bisa dihindarkan oleh kaum realis. Sains menjadi sesuatu yang tidak objektif, kerena sudah dipengaruhi oleh subjektvitas ilmuwan.
Anti-Realis
Bagi kaum realis, teori dianggap dapat memberikan gambaran tentangdunia apa adanya. Jika suatu teori dianggap berlaku tidak lain karena teori itu dianggap benar dan sesuai dengan realitas. Begitu pula bagi penganut realis, kebenaran merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan.
Sementara itu, bagi anti-realis ilmu tidak perlu berbicara mengenai masalah kebenaran, sebab kita tidak akan pernah sampai pada kebenaran dari data yang kita observasi. Teori bagi anti-realis dianggap benar sejauh teori itu bermanfaat bagi manusia. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pandangan pragmatisme dan instrumentalisme.
Perbedaan pandangan di antara keduanya terjadi pula dalam kasus mengenai plogiston, ether, ataupun elektron. Bagi kaum realis semua itu ada -misalnya elektron. Kita memang tidak bisa mengetahui bagaimana bentuk elektron, namun sejauh ini jejak elektron dianggap sudah cukup menyatakan bahwa elektron ada dan jejaknya bisa diobservasi.
Bagi anti-realis, persoalan itu barangkali tidak terlalu penting. Sejauh ini elektron sudah banyak kegunaan, dan tentunya itu sudah masuk kriteria kebenaran menurut anti-realis. Namun pada kenyataanya, anti-realis menolak argumen ‘cosmic coincidence’ (suatu kondisi yang membuat kejadian alam tidak dapat diobsevasi namun dapat dijelakan oleh teori).
Menurut anti-realis elektron hanya bahasa ilmu untuk menjelaskan fenomena yang tidak dapat diobservasi. Oleh karena itu, tidak ada persoalan jika bahasa itu tidak ada kaitannya dengan realitas.
Ilmu adalah fenomena biologis, dan organisme memfasilitasi fenomena tersebut dengan lingkungan. Menurut van Fraassen inilah yang menjadikan setiap perbedaan penjelasan ilmiah bisa terjadi
STRATIFIKASI
Stratifikasi sosial adalah demensi vertikal dari struktur sosial masyarakat, dalam artian melihat perbedaan masyarakat berdasarkan pelapisan yang ada, apakah berlapis-lapis secara vertical dan apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup.
Beberapa pengertian tentang stratifikasi sosial yang dikemukakan oleh para ilmuan :
·         Soerjono Soekanto, menyatakan stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
·         Paul B Horton dan Chester L Hunt, menyatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan sistem peringkat status dalam masyarakat. Peringkat memberitahukan kepada kita adanya demensi vertikal dalam status sosial yang ada dalam masyarakat.
·         Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).

·         Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat jumlahnya terbatas, akibatnya distribusinya di dalam masyarakat tidaklah merata. Mereka yang memperoleh banyak menduduki kelas atas dan mereka yang tidak memperoleh menduduki kelas bawah.
·         Stratifikasi sosial vertikal,di dalam stratifikasi sosial vertikal terdapat beberapa kategori diantaranya :
§  Ukuran kekayaan

Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak maka ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya,jika tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.


§  Kekuasaan

Ukuran kekuasaan dan wewenang,seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

§  Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

§  Ukuran ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik  atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah.Ini termasuk dalam stratifikasi sosial vertikal yang ada pembeda antara yang miskin dan yang kaya.
·         Sstratifikasi sosial horizontal
Pembedaan lapisan di dalam masyrakat tetapi tidak ada lapisan-lapisan di dalam pembeda tersebut,seperti ras,suku,agam,gender.
·         Stratifikasi sosial tertutup
Lapisan-lapisan yang ada di dalam suatu masyarakat akan tetapi jika masyarakat tersebut akan naik ke lapisan yang lain akan sang sulit

·         Stratifikasi sosial terbuka
Pada stratifikasi sosial terbuka jika seseorang ingin pindah ke lapisan lain akan lebih mudah

Pada zaman dahulu saat indonesia masih dominasi dengan agama hindhu-buda dalam suatu struktur masyarakat terdapat beberapa lapisan kasta-kasta dari mulai kasta yang tertinggi hingga kasta yang paling rendah dari masyarakat bangsawan hingga masyarakat kelas bawah,pada saat itu pernikahan yang di lakukan hanya terikat pada lapisan itu saja,pernikahan tidak bisa dilakukan dengan lapisan-lapisan lain,sangan sulit sekali untuk keluar dari lapisan tersebut,kalau sekarang masih ada seperti itu mungkin yang miskin akan tetap menjadi miskin dan yang kaya juga akan semakin kaya.
Permasalahan tersebut di dalam stratifikasi termasuk dalam stratifikasi sosial tertutup,dengan pengertian bahwa stratifikasi tersebut sangat sulit untuk ditembus.
Solusinya adalah bahwa kita harus menyadarkan bahwa semua manusia itu sama antara yang miskin dan yang kaya,semua memiliki hak yang sama.

Faktor Penyebab Perubahan Sosial

Setiap perubahan yang terjadi pasti ada hal yang menyebabkannya, karena tak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Begitupula dengan perubahan sosial dalam masyarakat pasti ada faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor penyebab perubahan sosial ada dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam masyarakat dan faktor yang berasal dari luar masyarakat. Berikut penjelasan mengenai keduanya.
1.      Faktor yang Berasal dari Dalam Masyarakat(internal)
Ada beberapa  sebab perubahan sosial yang berasal dari dalam masyarakat, antara lain:
a. Bertambah dan Berkurangnya Penduduk
Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk di suatu desa akan  menimbulkan perubahan di berbagai sektor kehidupan. Misal: Pertambahan penduduk yang sangat cepat di Pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatan. Misal orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi  hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak di kenal. Contoh lain adalah ketika penduduk suatu tempat terus bertambah akan mempengaruhi persediaan pangan di daerah tersebut.
b.Penemuan-penemuan Baru
Keinginan akan kualitas merupakan salah satu pendorong bagi terciptanya penemuan-penemuan baru. Keinginan untuk mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong untuk meneliti kemungkinan-kemungkinan ciptaan baru. Dengan adanya temuan-temuan baru bisa mengakibatkan timbul pnemuan-penemuan baru lainnya. Penemuan baru ini dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya perubahan. Misal: penemuan radio akan memancarkan pengaruhnya ke berbagai arah dan menyebabkan perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan dan adat istiadat.
c. Pertentangan (conflict) dalam Masyarakat
Konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat mnjadi salah satu pemicu terjadinya dalam perubahan sosial dalam masyarakat tersebut. Misal: konflik kepentingan yang terjadi antara kaum pendatang dan kaum setempat, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat untuk melaksanakan pembangunana bersama para transmigran
d.      Terjadinya Pemberontakan atas Revolusi
Terjadinya pemberontakan atau revolusi pada suatu negara mampu menimbulkan perubahan sosial yang cukup besar. Misal: revolusi di Rusia enyulut perubahan-perubahan besar di negara tersebut. Negara yang sebelumnya menganut  bentuk kerajaan absolut berubah menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga masyarakat akhirnya mengalami perubahan karena hal itu.
2.      Faktor yang Berasal dari Luar Masyarakat(eksternal)
Ketika ada sebab yang berasal dari dalam masyarakat, maka ada sebab yang berasal dari luar masyarakat, yaitu antara lain:
a. Sebab-sebab yang Berasal dari Lingkungan Alam fisik yang Ada di Sekitar Manusia
Terjadinya bencana alam menyebabkan masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut terpakasa harus meninggalkan daerahnya yang terkena bencana alam tersebut. Apabila masyarakat tersebut menempati tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut. Kemungkinan hal tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
b.Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan karena biasanya negara yang menang akan memaksa kebudayaannya pada negara yang kalah. Selain itu ketika terjadi peperangan akan timbul kemungkinan masuknya unsur budaya asing kedalam negara tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Hubungan yang di lakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Artinya,masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya,tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat lainnya, seperti akulturasi.
Di dalam pertemuan dua kebudayaan tidak selalu akan terjadi proses saling mempengaruhi. Kadangkala pertemuan dua kebudayaan yang seimbang akan saling menolak.
Contoh : Surakarta dan yogyakarta pertemuan kedua kebudayaan dengan pertentangan fisik kemudian dilanjutkan dengan pertentangan dalam segi-segi kehidupan lain. Corak pakaian, tari-tarian antara daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda padahal berasal dari sumber dan dasar yang sama.

ETIKA DALAM BERPENDAPAT

Etika berpendapat tersebut tidak perlu harus sesuai dengan etika adat ketimuran atau etika kesopanan. Tetapi layaknya dalam berpendapat harus sesuai dengan fakta yang sebenarnya tanpa harus men"justifikasi" fakta yang masih belum jelas. Artinya, dalam kebebasan berpendapat tidak boleh memutarkan balikkan fakta kebenaran yang ada. Bila hal ini terjadi akan merupakan fitnah dan pencemaran nama baik. Bila etika berpendapat hanya melanggar etika adat, budaya dan kesopanan tidak terlalu masalah karena sangsi yang didapat hanyalah sekedar sangsi sosial.
Pameo lama mengatakan fitnah lebih kejam dari pembunuhan sehingga wajar bila itu terjadi akan berdampak hukum. Karena fitnah dan pencemaran nama baik akan berakibat sangat merugikan bagi yang mendapatkannya. Ternyata dari sebuah opini yang memutarbalikkan fakta yang ada, dapat mematikan kehidupan dan mata pencaharian seseorang. Seorang pedagang bakso diisukan memakai daging celeng akan membuat pedagang akan kehilangan mata pencaharian. Begitu juga seorang dokter dituding sebagai penipu maka hancurlah citra profesionalnya. Demikian juga sebuah perusahaan kosmetik bila diisukan memakai minyak babi akan hancurlah perusahaan tersebut, demikian juga rumah sakit. Bila semua orang boleh bebas berpendapat seenaknya tanpa beretika, maka akan kacaulah negera demokrasi ini.

LEDAKAN PENDUDUK

Pengertian Antropposfer
 Antroposfer berasal dari kata latin anthropos yang artinya manusia dan sphaira yang artinya lingkungan. Jadi antroposfer artinya lingkungan bagian dari bumi atau biosfer yang dihuni manusia.


Kajian antroposfer
Kajian antroposfer meliputi hal-hal yang berhubungan dengan manusia misalnya :
·         Ledakan penduduk
Ledakan penduduk adalah bertamabahnya jumlah penduduk yang di ukur secara signifikan dan juga tingkat antara kelahiran dan kematian lebih besar kelahiran.
·         Urbanisasi
Perpindahan penduduk dari desa ke kota yang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain faktor pendorong dan faktor penarik.
§  Faktor pendorong :
Sempitnya lapangan pekerjaan
Fasilitas di desa yang kurang memadai
Adanya keinginan untuk memajukan kesejahteraan hidup
Bencana alam
§  Faktor penarik
Banyaknya lapangan kerja
Fasilitas di kota yang lebih memadai
Pendidikan lebih memadai
·         Transmigrasi
Perpindahan penduduk dari daerah yang padat pendduduk ke daerah yang jarang penduduknya.
·         Persebaran
·         Kepadatan penduduk



Ledakan penduduk indonesia

Bertambahnya jumlah penduduk yang berada di wilayah indonesia dengan jumlah kelahiran lebih besar dari pada jumlah kematian atau natalitas lebih besar dari pada mortalitas.

Penyebab ledakan penduduk
Tingkat KelahiranTinggi:
Beberapapenyebabsosial-budaya yang bertanggungjawabatastingkatkelahiran yang tinggi.Perkawinanjugamerupakankewajiban agama danprakteksistempernikahandinimasihterjadi sampai sekarang.Anakperempuanmenikahselamamasasuburusia 15 sampai 20 tahundanmelahirkansejumlahanak.
Poligami:                                                                                         
Beberapa orang di Indonesialebihmemilihuntukmemilikilebihdarisatuistridansistempoligamiseperti membiarkananak-anaklahirlebih.
PreferensiuntukAnakPria:
Setiapkeluarga di India lebihsukaseoranganaklaki-laki. There are some religious rites which can be preferred by a male child. Ada beberapa ritual keagamaan yang dapatdisukaiolehseoranganaklaki-laki. So the parents in spite of number of girl child they wait for a male child. Jadi orang tuameskipunjumlahanakgadismerekamenungguuntukanaklaki-laki.
JandaMenikah:
Sistem perkawinanjandadalammasyarakat modern membantu dalamtumbuhnya penduduk.

Penyebab ekonomi
Kemiskinan:
Indonesiberada di bawahgariskemiskinandanmerekamenganggapanaksebagaiasetmerekauntuk membawaupahInimembantudalampertumbuhanpenduduk yang cepat.
Kurangnyaperangkat kontrol kelahiran :
alatkontrolkelahiran yang tidakmemadaidantidakdiberikandalamwaktu yang tepatmenjadi penyebabnya.
KetersediaanFasilitasKedokteran:
fasilitasmedisdanpelayanankesehatanmasyarakatmembantudalampenurunanangkakematian. Minumairpasokandanfasilitasdrainasememilikikontrolepidemi..Di daerahpedesaan, klinikmedis, rumahsakittelahmembukadanfasilitaskesehatandisediakanuntuksemua yang menyebabkanpenguranganangkakematian.
Pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak :
Perawatantelahdiambiluntukkesehatanibuhamildanmenyusui, bayibarulahir, danpengaturantelahdibuatuntuk mengurangiangkakematian.
Tingkat kematianibuhamildanbayi yang barulahirtelahmenurun.
Perbaikanlangkah-langkahuntukmemeriksapenduduk:
Usiapernikahanmeningkatuntukanaklaki-lakidanperempuanolehhukum. Sistemawalpernikahantelahdihapuskan.. Ada doronganuntuk program keluargaberencanadanpenggunaankontrasepsi.. Tingkat kelahirantelahdiperiksadenganmetode yang berbeda.. Ada penekananpenyebaranpendidikanuntuksatuatauduaanak, perbaikanstatus perempuan
programkesadaranpendudukdanpasokan yang memadaikontrasepsi oral dandoronganuntukoperasisterilisasitelahmembantudalammengurangipertumbuhanpenduduk.

Dampak ledakan penduduk
  • Persainganlapanganpekerjaan
Di negara yang memilikipertumbuhanpenduduktinggiakansemakinbanyak orang yang memperebutanlapanganpekerjaan. Diperkirakanharusdiciptakan 30 jutalapanganpekerjaanbarusetiaptahunnyajikasetiap orang yang menginjakusiakerjaharusmemilikipekerjaan.
  • Persainganuntukmendapatpemukiman
Persainganuntukmendapatpermukiman yang layak.Persainganiniterutamaterjadi di daerahperkotaan yang padat, tapitidakadaperumahan yang memadai.Dikotasepertiini, eringkitajumpaipermukimankumuh.
  • Kesempatanpendidikan
Denganmakinbanyaknyabayi yang lahirsetiptahunnya, tentumakinbanyaknyadiperlukanfasilitassekolahdan guru yang memadai.Negara miskin, mungkintidakbisamemenuhifasilitaspendidikan.Sebagaihasilnya, tidaksetiapanakmemilikikesempatanuntukbersekolahdanmendapatkanpendidikan yang memadai.


  • PertumbuhanPenduduk
Selama 25 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia telah meningkat menjadi hampir dua kali yaitu dari 119,2 juta pada tahun 1971 menjadi 195,29 juta pada tahun 1995 dan menjadi 198,20 juta pada tahun 1996. Namun demikian, tingkat pertumbuhan penduduk telah turun secara cepat yaitu 2,32 persen pada periode tahun 1971-1980 menjadi 1,98 persen pada periode tahun 1980-1990 dan pada periode tahun 1990-1996 menjadi 1,69 persen.
Terdapat perbedaan yang sangat mencolok tentang laju pertumbuhan penduduk bila dilihat menurut propinsi pada periode tahun 1990-1996. Angka terendah sebesar 0,01 persen pada propinsi DI Yogyakarta dan tertinggi sebesar 4,39 persen pada propinsi Kalimantan Timur.
Dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan Penduduk tingkat nasional terdapat 9 propinsi yang tingkat pertumbuhannya dibawah 1,69 persen, yaitu propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
  • PersebaranPenduduk
Salah satu masalah kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini berkaitan dengan daya dukung lingkungan (luas wilayah) yang tidak seimbang antara Jawa-Bali dengan luar Jawa-Bali. Pulau Jawa yang luas wilayahnya kurang dari 7 persen dihuni oleh 58,7 persen penduduk, sehingga kepadatan penduduk di Pulau Jawa mencapai 880 jiwa per Km2 pada tahun 1996.
Kepadatan penduduk di luar Pulau Jawa, jauh lebih rendah, yaitu baru didiami oleh kurang dari 100 Jiwa setiap Km2 di Pulau Sumatera dan Sulawesi , dan kurang dari 20 Jiwa setiap Km2 di Kalimantan serta khususnya di Irian Jaya yang baru dihuni oleh 5 Jiwa setiap Km2. Gambaran ini selain memberikan petunjuk tentang tidak meratanya persebaran penduduk, juga menunjukkan kurang seimbangnya proporsi luas wilayah.
Bila kepadatan penduduk setiap propinsi dibandingkan, maka luas wilayah di propinsi-propinsi Jawa dan Bali sudah tidak memadai, apalagi DKI Jakarta yang didiami oleh lebih dari 15.732 jiwa per Km2.

  • PersentasePenduduk Kota
Sejak tahun 1971 penduduk perkotaan terus meningkat dengan pesat, yaitu dari 17,3 persen pada tahun 1971 menjadi 22,4 persen pada tahun 1980 dan meningkat menjadi 37,1 persen pada tahun 1996. Hal ini disebabkan proses urbanisasi yang terus menerus terjadi karena kehidupan diperkotaan dianggap lebih baik dan menjanjikan mudah memperoleh kesempatan kerja dan berusaha dari pada di pedesaan sehingga dapat disebutkan pula bahwa meningkatnya penduduk kota tersebut antara lain disebabkan oleh pengaruh keadaan sosial dan pertumbuhan pembangunan secara nasional.

  • Usiakawinpertama.
Usia wanita saat perkawinan pertama dapat mempengaruhi resiko melahirkan. Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak, karena disebabkan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi anak atau belum siap mental dalam berumah tangga. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia saat perkawinan pertama semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan.
Menurut hasil SUPAS tahun 1995 terdapat 21,5 persen wanita di Indonesia yang perkawinan pertamanya dilakukan ketika mereka berumur kurang dari 17 tahun. Di daerah pedesaan dan perkotaan wanita yang melakukan perkawinan dibawah umur tercatat sebesar 24,4 persen dan 16,1 persen.
Persentase wanita kawin usia muda cukup bervariasi antar Propinsi. Persentase Wanita kawin Usia Muda, persentase terendah terdapat pada Propinsi NTT (4,35%), Bali (4,54%) Sedangkan persentase terbesar terdapat pada Propinsi Jawa Timur (40,39%), Jawa Barat (39,6%) dan Kalimantan Selatan (37,5%).
  • Status perkawinan.
Komposisi penduduk 10 tahun keatas di kota maupun desa menurut status perkawinan di Indonesia menunjukkan bahwa penduduk pria dan wanita mengalami perubahan status perkawinannya.
Pada tahun 1990 persentase penduduk wanita berumur 10 tahun keatas dengan status kawin 54,2%, belum kawin 33,4%, cerai hidup 3,1% dan cerai mati 9,3%. Sedangkan penduduk pria dengan status kawin 53,4%, belum kawin 43,9%, cerai hidup 1,0% dan cerai mati 1,6%. Bila dibandingkan dengan tahun 1996 persentase penduduk wanita berumur 10 tahun keatas dengan status kawin 54,88%, belum kawin 33,99%, cerai hidup 2,35% dan cerai mati 8,77%, sedangkan pada penduduk laki-laki status belum kawin 42,04%, kawin 55,69%, cerai hidup 0,69% dan cerai mati 1,58%.


  • AngkaKelahiran Total (TFR)
Berdasarkan hasil SUPAS 1985, Angka Kelahiran Total (TFR) tahun 1980-1985 adalah 4,1 per wanita usia subur. Berarti dalam jangka waktu lima tahun tersebut angka ini mengalami penurunan sebesar 19,5%. Sedangkan hasil Sensus 1990 menunjukkan bahwa TFR sebesar 3,3 per wanita usia subur.
Pengelompokan propinsi menurut perkiraan TFR tahun 1990-1995 dan 1995-2000 seperti terlihat pada Tabel II.A.7 di atas, menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah propinsi yang mempunyai TFR kurang dari 3 sedangkan jumlah propinsi pada kelompok TFR diatas 3 menurun. Bahwa angka kelahiran menurut kelompok umur ibu terjadi penurunan pada setiap periode akan tetapi penurunannya tidak secepat seperti pada periode tahun delapan puluhan. Hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran pada saat ini sudah cukup rendah yaitu rata-rata setiap Ibu usia 15-49 pada periode tahun 1992-1994 melahirkan anak sebesar 2,86 anak.

Solusi ledakan penduduk

·         Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
·         Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
·         Penambahan dan penciptaan lapangan kerja
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
·         Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.



·         Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
·         Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.