Daftar Blog Saya

Selasa, 20 November 2012

KONFLIK



 KONFLIK

Soerjono soekanto menyebut konflik sebagai pertentangan atau pertikaian, yaitu suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan, disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.
Konflik sosial bisa di artikan menjadi dua hal yang pertama adalah perspektif atau sudut pandang yang menganggap konflik selalu ada dan mewarnai segenap aspek interaksi manusia dan struktur sosial. Kedua, konflik sosial merupakan pertikaian terbuka seperti perang revolusi, pemogokan, dan gerakan perlawanan.
ralf dahrendro berpendirian bahwa masyarakat mempunyai dua wajah konflik yaitu konflik dan konsensus, sehingga teori sosiologis harus di bagi menjadi dua bagian, teori konflik dan teori konsesnsus. Dahrendrof juga mengakui masyarakat tak akan ada tanpa konsensus dan konflik yang menjadi persyaratan satu sama lain. Jadi kita tak akan punya konflik jika tidak ada konsensus terlebih dahulu.
Collins menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses sentral dalam kehidupan sosial sehingga dia tidak menganggap konflik itu baik atau buruk. Collins memandang setiap orang memiliki sifat sosial, tetapi juga mudah berkonflik dalam hubungan sosial mereka. Konflik bisa terjadi dalam hubungan sosial karena penggunaan kekerasan oleh seseorang atau banyak orang dalam lingkungan pergaulannya. Ia melihat orang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri jadi benturan mungkin terjadi karena adanya kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan.

Faktor-faktor atau akar-akar penyebab suatu konflik sosial

a.       Perbedaan individu, setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Perbedaan pendirian dan perasaan akan suatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
b.      Perbedaan latar belakang kebudayaan, orang dibesarakan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Ada yang di asuh dengan pola latihan kemandirian yang akan mendorong seseorang menjadi berani dalam mengambil tindakan, bertannggung jawab, kritis, tetapi sedikit agak individualis. Ada pula yang di asuh dalam lingkungan kebudayaan yang menerapkan pola ketergantungan. Dalam hal ini seseorang akan cenderung kurang bersifat mandiri, menghargai orang lain, bersahabat dan tidak individualis. Dalam lingkup yang lebih luas, masing-masing kelompok kebudayaan memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbeda ukurannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan –perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik  sosial, sebab kriteria tentang baik-buruk, sopan tidak sopan, pantas tidak pantas atau bahkan berguna tidak bergunanya sesuatu, baik itu benda fisik maupun nonfisik, berbeda-beda menurut pola pemikiran masing-masing yang di dasarkan pada latar belakang kebudayaan masing-masing.
c.       Perbedaan kepentingan, manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama dengan tujuan yang berbeda-beda. Konflik akibat perbedaan kepentingann ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya atau antara kelompok dengan kelompok dan juga antara kelompok dengan individu.
d.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat, sebagaiman telah di ketahui perubahan nilai terjadi di setiap masyarakat, artinya nilai-nilai sosial, baik nilai kebenaran, kesopanan, maupun nilai material dari suatu benda mengalami perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahakann mendadak, akan menyebabkan konflik sosial.

Dahrendrof membedakan konflik menjadi lima macam, yaitu sebagai berikut :
·         Konflik antara atau dalam peran sosial, misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi.
·         Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
·         Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisisr dan tidak terorganisir.
·         Konflik antara satuan nasional, misalnya antara partai politik, antara negara-negara, atau antara organisasi-organisasi internasional.
 
Suatu konflik tidak selalu mendatangkan hal-hal yang buruk, tetapi kadang-kadanng mendatangkan sesuatu yang positif. Segi positif suatu konflik adalah sebagai berikut

·         Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas di telaah, misalnnya perbedaan pendapat akan suatu permasalahan dalam suatu diskusi atau seminar biasanya bersifat positif karena menjelaskan
·         Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dalam nilai-nnilai serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok
·         Merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antara individu dan kelompok
·         Dapat membanntu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru
·         Dapat berfunngsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatann dalam masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar