KONFLIK
Soerjono soekanto
menyebut konflik sebagai pertentangan atau pertikaian, yaitu suatu proses
sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan, disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.
Konflik sosial bisa di
artikan menjadi dua hal yang pertama adalah perspektif atau sudut pandang yang
menganggap konflik selalu ada dan mewarnai segenap aspek interaksi manusia dan
struktur sosial. Kedua, konflik sosial merupakan pertikaian terbuka seperti
perang revolusi, pemogokan, dan gerakan perlawanan.
ralf dahrendro
berpendirian bahwa masyarakat mempunyai dua wajah konflik yaitu konflik dan
konsensus, sehingga teori sosiologis harus di bagi menjadi dua bagian, teori
konflik dan teori konsesnsus. Dahrendrof juga mengakui masyarakat tak akan ada
tanpa konsensus dan konflik yang menjadi persyaratan satu sama lain. Jadi kita
tak akan punya konflik jika tidak ada konsensus terlebih dahulu.
Collins menjelaskan
bahwa konflik adalah suatu proses sentral dalam kehidupan sosial sehingga dia
tidak menganggap konflik itu baik atau buruk. Collins memandang setiap orang
memiliki sifat sosial, tetapi juga mudah berkonflik dalam hubungan sosial
mereka. Konflik bisa terjadi dalam hubungan sosial karena penggunaan kekerasan
oleh seseorang atau banyak orang dalam lingkungan pergaulannya. Ia melihat
orang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri jadi benturan mungkin terjadi
karena adanya kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan.
Faktor-faktor atau akar-akar penyebab suatu konflik sosial
a.
Perbedaan individu, setiap manusia
adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan suatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi penyebab
konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu
sejalan dengan kelompoknya.
b.
Perbedaan latar belakang kebudayaan,
orang dibesarakan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Ada yang di
asuh dengan pola latihan kemandirian yang akan mendorong seseorang menjadi
berani dalam mengambil tindakan, bertannggung jawab, kritis, tetapi sedikit
agak individualis. Ada pula yang di asuh dalam lingkungan kebudayaan yang
menerapkan pola ketergantungan. Dalam hal ini seseorang akan cenderung kurang
bersifat mandiri, menghargai orang lain, bersahabat dan tidak individualis.
Dalam lingkup yang lebih luas, masing-masing kelompok kebudayaan memiliki
nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbeda ukurannya sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan –perbedaan inilah yang dapat
mendatangkan konflik sosial, sebab
kriteria tentang baik-buruk, sopan tidak sopan, pantas tidak pantas atau bahkan
berguna tidak bergunanya sesuatu, baik itu benda fisik maupun nonfisik,
berbeda-beda menurut pola pemikiran masing-masing yang di dasarkan pada latar
belakang kebudayaan masing-masing.
c.
Perbedaan kepentingan, manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal
yang sama dengan tujuan yang berbeda-beda. Konflik akibat perbedaan
kepentingann ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya
atau antara kelompok dengan kelompok dan juga antara kelompok dengan individu.
d.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat,
sebagaiman telah di ketahui perubahan nilai terjadi di setiap masyarakat,
artinya nilai-nilai sosial, baik nilai kebenaran, kesopanan, maupun nilai
material dari suatu benda mengalami perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang
lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau
bahakann mendadak, akan menyebabkan konflik sosial.
Dahrendrof membedakan
konflik menjadi lima macam, yaitu sebagai berikut :
·
Konflik antara atau dalam peran sosial,
misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi.
·
Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
·
Konflik antara kelompok-kelompok yang
terorganisisr dan tidak terorganisir.
·
Konflik antara satuan nasional, misalnya
antara partai politik, antara negara-negara, atau antara organisasi-organisasi
internasional.
Suatu konflik tidak selalu mendatangkan hal-hal yang
buruk, tetapi kadang-kadanng mendatangkan sesuatu yang positif. Segi positif
suatu konflik adalah sebagai berikut
·
Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang
belum jelas atau masih belum tuntas di telaah, misalnnya perbedaan pendapat
akan suatu permasalahan dalam suatu diskusi atau seminar biasanya bersifat
positif karena menjelaskan
·
Memungkinkan adanya penyesuaian kembali
norma-norma dalam nilai-nnilai serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok
bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok
·
Merupakan jalan untuk mengurangi
ketergantungan antara individu dan kelompok
·
Dapat membanntu menghidupkan kembali
norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru
·
Dapat berfunngsi sebagai sarana untuk
mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatann dalam masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar